Interprofessional Education: Learning Together to Work Together for Better Health

Do the doctors, dentists, nurses, pharmacists and dietitians view their professions as their own entity, or as a collective group as Health Workers?

BIMKES team consist of students from 7 health majors (www.bimkes.org)
Interprofessional education occurs when two or more professions learn about, from and with each other to enable effective collaboration and improve health outcomes. It would enable opportunities for health professions students to engage in interactive learning with those outside their profession as a routine part of their education. The goal of this interprofessional learning is to prepare all health professions students for deliberatively working together with the common goal of building a safer and better patient-centered and community/population oriented Indonesia health care system.
Doctors, dentists, nurses, pharmacists, dietitians and midwifes should view their profession as a collective group as Health Workers. This perception is elemental in shaping the working culture in the health industry. In fact, health education students have been isolated, given specific education and inserted with different set of values. There is no or little interaction during the education process. It indicates poor communication, poor collaboration and of course, poor outcomes for the patients.
To overcome that condition, interprofessional education has a very good potential to improve health care system. Research evidence shows that collaborative practice can improve access to and coordination of health-services, appropriate use of specialist clinical resources, health outcomes for people with chronic diseases, patient care and safety. Collaborative practice can decrease total patient complications, length of hospital stay, tension and conflict among caregivers, clinical error rates and mortality rates. In community mental health settings, collaborative practice can increase patient satisfaction, promote greater acceptance of treatment, reduce duration of treatment, reduce cost of care and increase treatment for psychiatric disorders.
Therefore, interprofessional education should be implemented in Indonesia. By learning together to work together, we can create an optimal health care system.
Plan of Action
As a medical student, I have responsibility to succeed interprofessional education. There are three targets of action.
Health Students
Faculty/University
Indonesia Ministry of Education
·     Make a discussion with health students to make the same perception and vision about interprofessional education.
·     Make a collective project (seminar or scientific competition) as collaborative practice for health students.

The actions are organized cooperatively by BEM at faculties and university level; or CIMSA, ISMKI, ILMKI, PSMKGI etc at national level.
·    Make a meeting with the authorities of faculty or university to deliver students’ vision about interprofessional education.


·       Make a discussion with the Directorate General of Higher Education (Dikti) to deliver health students’ aspirations that:
o   Students need an interprofessional education to learn and work together for better health care system.
o  Dikti have to arrange and develop curriculum about interprofessional education.

The discussion can be held in annual HPEQ conference.

References
1.   WHO. Framework for Action on Interprofessional Education and Collaborative Practice. Geneva: Department of Human Resources for Health WHO; 2010.
2.  Reeves S, Zwarenstein M, Goldman J, Barr H, Freeth D, Hammick M, et al. Interprofessional Education: Effects on Professional Practice and Health Care Outcomes (Review). Willey Publishers: The Cochrane Library; 2009. Issue 4.
3.   Bainbridge L, Nasmith L, Orchard C, Wood V. Competencies for Interprofessional Collaboration. Journal of Physical Therapy Education. 2010; 24(1): 6-11.

4.  Interprofessional Education Collaborative (American Association of Collages of Nursing, American Association of Colleges of Osteopathic Medicine, American Association of Colleges of Pharmacy, American Dental Education Association, Association of American Medical Colleges, Association of Schools of Public Health). Core Compentencies for Interprofessional Collaborative Practice. Washington, D.C.: Report of an Expert Panel; 2011.

This essay was one of winners of 2nd High Professional Education and Quality (HPEQ) International Conference in Bali, December 2011.


Delegations with Prof. dr. Menaldi Rasmin, SpP(K) and dr. Sri Linuwih, SpKK(K)

20 Tips Manajemen Waktu bagi Mahasiswa Kedokteran

Kata orang, mahasiswa kedokteran itu mahasiswa yang super duper sibuk. Dengan buku yang segede bantal, waktu main yang kurang, ujian yang datang tiap hari dan juga amanah-amanah lain diluar kuliah yang sering bekejar-kejaran. Seakan-akan waktu 24 jam itu terasa kurang. Apa kamu termasuk orang seperti ini?

Clock shop at Traditional Market in Delhi, India, August 2013



Nah, ini ada beberapa tips yang bisa aku bagi ke temen-temen, mengenai cara mengatur waktu yang baik. Mudah-mudahan tak hanya sebatas dibaca aja, tapi harus langsung diaplikasikan. Ini dia :


1. Buat rencana harian. Buat rencana harianmu sebelum dikacaukan dengan agenda-agenda lainnya. Sebaiknya lakukan ini dipagi hari atau malam sebelum kamu tidur. Dengan adanya rencana ini membuat kamu mendapat gambaran besar tentang rencana hari itu kamu mau ngapain aja. Kerjaanmu hari itu cuma satu, patuhi jadwal yang sudah kamu buat sendiri.

2. Batasi waktu tiap kerjaan. Dalam jadwal yang sudah kamu buat tadi, batasi tiap kegiatan dengan detail. Misalnya kamu harus menyelesaikan membaca buku fisiologi bab kardiorespirasi sampai jam 1 siang, terus mengerjakan laporan sampai jam 4 sore, kemudian belajar anatomi sampai jam 8 malam. Dengan begitu, waktu untuk kegiatan-kegiatan lainnya menjadi tidak terpotong oleh kegiatan sebelumnya yang ga bisa kamu kontrol.

3. Gunakan kalender. Dalam manajemen waktu itu, sebaiknya gunakan kalender untuk mengatur semua daftar kegiatan yang kamu punya, sehingga kamu punya gambaran besar mengenai kegiatan seharian, seminggu atau bahkan sebulan kedepan. Saya pribadi biasanya menggunakan kalender di iPod Touch saya, atau terkadang menggunakan Microsoft Outlook. Teman-teman juga dapat mencoba menggunakan Google Calendar yang dapat diakses dari mana aja, asal masih ada koneksi internet.

4. Gunakan organizer. Bisa berupa buku organizer khusus atau menggunakan perangkat digital seperti yang saya miliki (iPod Touch). Intinya, masukkan semua daftar kerjaan kamu, proyek, tugas-tugas, dan hal-hal penting yang mendukung jadwalmu seharian.

5. Tahu deadline. Tentukan kapan kamu harus menyelesaikan tugasmu. Tandai secara jelar dalam kalender atau organizermu.

6. Belajar berkata “Tidak”. Ini memang susah, tapi jika kamu dapat melakukannya, kamu bisa fokus pada hal-hal yang seharusnya kamu lakukan. Jika kamu merasa tidak dapat menghandle nya, katakan tidak.

7. Target lebih awal. Ketika kamu menargetkan ontime, biasanya kerjaan kamu akan selesai ontime atau sedikit telat. Nah, bagaimana kalau kita menargetkan semua deadline kita lebih awal, sehingga ada waktu toleransi jika telat. Untuk janjian, jadwalkan lebih awal. Untuk sebuah laporan, targetkan selesai sehari sebelumnya.

8. Punya jam yang gampang terlihat. Terkadang kita begitu larut dengan berbagai kerjaan kita sampai lupa waktu. Nah, sebaiknya letakkan jam yang cukup gede di tempat kita biasa menghabiskan waktu.

9. Atur reminder 15 menit sebelumnya. Beberapa program kalender memiliki fungsi reminder. Jika kamu punya janjian yang penting, set alarm 15 menit sebelum jadwalnya.

10. Fokus. Apa kamu mengerjakan banyak hal sekaligus dan tak satupun selesai ? Jika begitu, fokuslah pada satu hal pekerjaan pada satu waktu.

11. Cegah gangguan. Sering merasa terganggu dengan telepon atau sms yang masuk saat mengerjakan laporan ? Atau perhatian kamu suka teralih dengan twitter dan facebook ? Tutup semua jalur-jalur pengganggu itu. Ketika gangguan-gangguan tadi dapat diminimalkan, kamu bisa lebih berkonsentrasi.

12. Catat penggunaan waktumu. Kalau kamu sedang online, kamu bisa menggunakan EggTimer untuk mencatat waktu online kamu. Jadi kamu akan tahu berapa waktu yang kamu habiskan untuk Facebook, Twitter, dan mengerjakan tugas kuliahmu. 

13. Jangan perfeksionis. Terkadang sikap ingin menjadikan segala sesuatunya sempurna dapat menjadikan hambatan yang cukup besar untuk menyelesaikan tugas dan tidak efektif. Jadi lakukan sebisamu.

14. Prioritas. Karena kamu tidak dapat melakukan apapun dalam satu waktu, coba prioritaskan hal terpenting yang harus kamu lakukan.

15. Delegasikan. Jika ada sesuatu yang dapat orang lain lakukan untukmu, delegasikan tugas itu. Hal ini akan memperingan beban kerjamu. 

16. Kerjakan tugas-tugas yang setipe dalam satu waktu. Untuk kerja-kerja yang berhubungan, silahkan kerjakan bersama-sama dalam satu waktu. Misalnya untuk menulis laporan dan belajar. Kamu bisa belajar sambil mengerjakan laporan, karena ketika menulis laporan kamu pasti butuh referensi tambahan. Nah, bisa sekalian belajar kan? 

17. Eliminasi pemakan waktumu. Merasa sangat terbuang waktumu oleh Facebook, Twitter, dan email ? Berikan waktu untuk mencek akun-akun tadi dalam waktu tertentu, dan patuhi. Tidak setiap saat kamu harus mengeceknya. Coba juga untuk menghilangkan bookmark ke situs-situs tadi.

18. Potong kegiatanmu. 1 alasan kenapa kamu kesulitan mengatur waktu adalah karena kamu tidak memotong kegiatan yang sudah lewat batas waktu. Walaupun itu mengasyikkan, jangan biarkan itu mengganggu kegiatan-kegiatanmu yang lain. 

19. Berikan waktu diantara kegiatanmu. Jangan meletakkan jadwalmu sangat mepet waktunya. Berikan setidaknya 5-10 menit untuk narik napas dan rehat sebentar. Waktu yang singkat itu bisa juga kamu gunakan untuk mereview tugas sebelumnya dan mempersiapkan diri untuk tugas berikutnya. 

20. Pecah kerjaan yang besar jadi kecil. Terkadang kita akan merasa lelah jika melihat kerjaan yang besar sekaligus. Coba pecah kerjaan yang dirasa besar tadi kedalam kerjaan yang kecilkecil dan mudah dicapai.

P.A.C.A.R.A.N : No or Yes?

At Taj Mahal, a symbol of Love, August 2013


Suatu pagi, belasan menit sebelum bel masuk berbunyi di SMA-ku, seorang teman melontarkan pertanyaan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya,

“Difa, lo mau gue cariin pacar, gak?”

Hah? Dengan muka bingung, lantas berganti nyengir aku menjawab,
“Gak usah, Mel, nih aku dah punya banyak,” seruku sambil menarik buku-buku semi tebal dari dalam tas.

Gantian temanku yang cengengesan. Dasar.

Kali lain, teman seperjalanan pulangku bertanya, “Difa, kenapa sih kamu gak mau pacaran?”

Sambil berusaha menghindari genangan air di depan pasar Pondok Labu, aku berseru pelan,

“Kenapa ya, Lia?”

“Yee, orang nanya balik nanya.”

So?

Ini prinsipku, Lia. Tahu kan, kalau Allah sudah menjanjikan dalam Al Qur’an, perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik. Sepanjang kehidupanku, aku percaya janji Allah selalu benar.

Gini lho, kalau misalkan orang yang kita sayang menjanjikan sesuatu pada kita, kita akan dengan senang hati percaya, kan. Karena ibu, ayah, atau siapapun yang menyayangi kita akan berusaha menepati janji itu untuk membahagiakan kita. Kalaupun mereka tidak bisa menepatinya, mereka yang akan pertama kali bersedih karena keterbatasannya. Kalau manusia saja begitu, Allah pasti gak akan pernah menyalahi janji-Nya, karena Ia adalah Dzat yang paling mencintai kita, dan Ia adalah Penguasa Mutlak Alam Raya ini, Ia akan selalu memberi tanpa batas, tak ada yang bisa membatasi kekuasaan-Nya. Kalau Ia sudah berjanji, maka itu adalah sebenar-benarnya janji.

Perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik, begitupun sebaliknya-- laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik, berarti Allah sudah memudahkan kita, kan? Kalau mau dapat pasangan yang baik, berarti yang harus kita lakukan adalah menjadi baik terlebih dahulu. Kalau misalkan mau dapat pasangan yang hafal Qur’an, misalnya, kita juga harus mulai menghafal Qur’an. Atau kalau mau dapat pasangan yang pengertian, kita juga harus mulai menjadi orang yang pengertian. Karena saat seseorang menetapkan standar pada dirinya, hal itu akan mempengaruhi pilihan-pilihannya di saat ia harus memutuskan sesuatu. Iya, kan?

Makanya, aku lebih memilih membenahi diriku dulu, membangun kualitas-kualitas yang kusukai, jadi nanti pas memang sudah waktunya, aku sudah lebih siap. Lagian kalau pacaran, kita jadi kehilangan waktu untuk membangun hal-hal itu, kan? Kita lebih banyak tersibukkan dengan hal-hal yang sekarang, mungkin iya kadang-kadang ada yang memikirkan untuk ke depannya, tapi itu juga gak menjamin. Banyak orang yang tidak menjadi dirinya saat menjadi seorang pacar. Ia berusaha terlihat sempurna, atau paling tidak ia hanya ingin sisi baiknya saja yang terlihat. Kalau gak, siapa coba yang mau jadi pacarnya, hehe. Tapi kalau menikah kan beda, saat kita menikahi seseorang, kita gak bisa memilih hanya menikahi sisi baiknya, harus sepaket sama sifat-sifatnya yang lain. Lho, jadi jauh gini ya ngomongnya, hehe.
Jadi, menurutku, kalau orang lain berdalih, “Saya pacaran untuk bisa lebih mengenal pasangan saya,” rasanya itu bukan jalan yang pas.

Lagipula, aku gak mau mencari sesuatu yang baik untukku dengan cara yang tidak baik menurut-Nya.

Pandangan aja harus dijaga, apalagi berdua-duaan. Tapi bukan artinya pacaran gak boleh. Pacaran boleh, kok, nanti kalau udah nikah, hehe..

Mungkin iya, kita bisa dapat pasangan yang terasa ‘cocok’ untuk kita, tapi aku takut, kalau Allah gak suka caraku untuk mendapatkannya, aku bisa kehilangan nilai keberkahan di dalamnya. Padahal, hidup kita di sini kan untuk mendapat cinta-Nya kan?

Saat itu, aku ingat salah satu kalimat yang sempat terpikir di baris otakku,

"Pangeran akan datang jika sudah tiba saatnya.
Sebelum waktu itu tiba, pangeran dan putri harus saling menjaga dirinya masing-masing, supaya pertempuan itu lebih sempurna."'

Musik Tradisional Jawa Timur



Apa makna musik bagimu? Sukakah kamu dengan musik tradisional? Bagi saya, musik tradisional Indonesia adalah aset yang sangat berharga, identitas, dan pemersatu bangsa sehingga harus dilestarikan dan dikembangkan. Berikut adalah laporan kunjungan tim saya ke Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah, untuk mempelajari khazanah seni musik daerah tersebut. Yuk, belajar bersama-sama!


Apa itu musik tradisional?
Musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ciri umum musik tradisional adalah sebagai berikut:
1.  Ide musik disampaikan oleh komponis tidak melalui tulisan berupa notasi atau partitur secara lisan.
2.  Musik tradisional diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi secara lisan.
3. Syair lagunya berbahasa daerah. Selain itu, alunan melodi dan iramanya juga menunjukkan cir khas kedaerahan.
4.  Musik tradisional melibatkan alat-alat musik daerah.

Sejarah, Perkembangan, dan Latar Belakang Musik Tradisional Jawa Timur
Musik tradisional Jawa Timur dilestarikan untuk melestarikan tradisi atau ciri khas kejawatimuran. Dari zaman ke zaman musik tradisional Jawa Timur mengalami perkembangan. Dahulu musik tradisional Jawa Timur hanya diiringi dengan alat musik tradisional gamelan seperti gong, slendro, gendang, dan lesung. Namun kini alat musik tradisional tersebut sudah dipadukan dengan alat musik modern seperti drum, kecrek, dan lain-lain.
Dalam perkembangannya, musik-musik ini terus disempurnakan dan diperkaya. Musik Lesung misalnya, kini tidak hanya dimainkan pada saat menumbuk padi, tetapi juga pada acara-acara adat lainnya.

Jenis-Jenis Musik daerah Jawa Timur
1.      Musik Gamelan
2.      Musik Gedongan
Musik ini adalah musik khas masyarakat Banyuwangi yang biasa disajikan pada saat senggang, saat bulan purnama atau menjelang acara hajatan tertentu. Pemain musik ini berjumlah 8 orang yang kesemuanya adalah perempuan. Instrumen utamanya adalahlesung dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran yang berbeda-beda ini memungkinkansetiap lesung menghasilkan bunyi yang berbeda-beda dan mendekati bunyi nada-nada slendro. Dalam perkembangannya, instrumen musik ini sering ditambah dengan permainan alat musik angklung, ining-ining (semacam triangle), dan gong. Alat musik angklung biasanya dipakai untuk mendukung permainan melodi dari lagu.
Dalam penyajiannya, setiap pemain menghadapi lesung yang diletakkan miring sehingga satu bidangnya saja yang dipukul. Lesung dipukul dengan pola irama tertentu yang selaras dengan lagu-lagu gandrung yang dibawa oleh seorang solis.
3.      Musik Angklung Banyuwangi
Musik ini adalah musik rakyat dari daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Nama angklung ini diambil dari salah satu perangkat musik yang digunakan dalam mengungkapkan gending-gending Banyuwangen. Alat musik ini terbuat dari bahan bambu yang ruasnya disusun seperti gambang Jawa dengan susunan nada slendro.
Musik Angklung Banyuwangi terdiri dari instrumen-instrumen yakni sepasang angklung sebagai pembawa gending-gending, 2 demung, 2 slentem, 4 saron, 2 peking, 1 kendang, 1 gong besar, dan 1 seruling. Musik ini biasa dipakai sebagai sarana hiburan dan ditampilkan saat hajatan seperti pernikahan dan khitanan.
4.      Karawitan Jawa Timur
Musik ini sangat menonjolkan ciri khas kejawatimuran, khususnya terletak pada penabuhan bonang babok dan bonang penerusnya, saron, peking, dan kendang.
5.      Musik Bheru
Musik ini adalah musik rakyat daerah Waru, kabupaten Pamekasan. Kata Bheru berasal dari kata Waru (Jawa) yang dalam ejaan Madura menjadi Bheru, yaitu nada daerah asal musik tersebut. Musik ini biasanya dibawakan pada saat hajatan seperti perkawinan atau khitanan.
Instrumen musik ini terdiri dari 1 jedor, 2 dung-dungan (sejenis ketipung), 1 tambur yang terbuat dari bahan seng, 1 kecer, 4 slompret (alat tiup) yang terbuat dari bahan seng, 1 saronen yang terbuat dari bahan kayu. Musik ini pada dasarnya tidak memiliki pola permainan tertentu. Permainan hanya didasarkan pada spontanitas para pemain semata-mata. Alat musik saronen yang berfungsi sebagai pembawa melodi, pada hakekatnya hanya dimainkan secara improvisatoris, menurut selera pemainnya. Alat musik lainnya hanya berfungsi sebagai pemantap jalannya irama.

Lagu-Lagu Daerah Jawa Timur
1.      Uyon-Uyon
2.      Ngapute
3.      Gambyongan

4.      Kerraban Sape
Do=C, 4/4 Sedang      (Madura)
Saban taone Madura latan te rame
Banya ke laban badana kerraban sape
Banya rang manca pada datang dari jau
Bade nenggu a kerraban sape Madura
Eeeee sape menggir duli menggir
Eeeee sape menggir duli menggir

5.      Tanduk Majeng
Do=C, 4/4 Allegro            (Madura)
Ngapo tewak lajere eta ngale
Men tengguh dari ombed pajelengna *)
Reng ma jeng tan tona la pade mole o mena jeling odikna oreng majengan
Maseh benyak o angguh le o lehna o mena jeling odikna oreng majengan *)
A bental ombak sapak angin salain jangan olle ollang peraona alla jere olle ollang alla jere ke Madura olle ollang peraona alla jere olle ollang paraona alla jere
Reng majeng benyak ongguh babajana
Kabilang alako bansa nya bana

Fungsi Musik Tradisional Jawa Timur
1.      Sarana Upacara Budaya (Ritual)
Musik di banyak daerah di Jawa Timur berkaitan erat dengan upacara-upara adat masyarakatnya, seperti upacara kematian, perkawinan (manten), kelahiran, atau khitanan.
2.      Sarana Hiburan
Musik di Jawa Timur juga menjadi sarana hiburan bagi masyarakatnya. Musik di sini dilihat sebagai cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian maupun sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan lainnya. Umumnya, masyarakat sangat antusias menonton berbagai pergelaran, termasuk pergelaran musiknya. Seperti ketika kami sedang melakukan kunjungan ke TMII pada 10 Agustus 2008, sedang di gelar pergelaran Seni Budaya Daerah Berbagai Kota dan Kabupaten di Jawa Timur.
3.      Sarana Ekspresi Diri
Bagi para seniman baik pencipta lagu maupun pemain musik, musik adalah media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita-citanya tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunianya.
Demikian halnya para seniman Jawa Timur. Mereka menyaksikan kondisi serta harapan diri dan masyarakatnya lalu menformulasikannya dalam bentuk lagu dan permainan alat musik. Dari tangan mereka inilah lahir karya-karya musik yag bisa dinikmati masyarakat Jawa Timur, Indonesia, bahkan mancanegara.
4.      Sarana Ekonomi
Pada beberapa musik dan kelompok penyanyi Jawa Timur, musik tidak hanya sekedar media ekspresi atau aktualisasi diri. Musik juga menjadi sumber penghasilan mereka. Mereka membawakan lagu-lagu atau sajian musik kreasinya dalam acara-acara pentas di daerah (baik di Jawa Timur maupun luar Jawa Timur). Biasanya, acara pergelaran musik itu diadakan di tanah lapang (alun-alun) di pusat perkampungan. Dengan demikian warga kampung dengan mudah dapat mencapainya. Acara itu sendiri tidak dipungut biaya. Namun biasanya, warga diminta kerelaannya untuk menyumbang atau memberi sesuatu berupa uang kepada para pemusik.
5.      Sarana Komunikasi
Dalam masyarakat di berbagai daerah di Jawa Timur, terdapat bunyi-bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggotanya. Umumnya, bunyi-pola ritme tertentu dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Sebagai contoh, bunyi kentongan denga ritme tiga kali berturu-turut memberi tanda adanya peristiwa kebakaran di dalam wilayah tersebut. Sedangkan bunyi kentongan dengan ritme empat kali berturut-turut memberi tanda adanya bahaya banjir.
6.      Sarana Pengiring Tarian
Di berbagai daerah di Jawa Timur, bunyi-bunyian atau musik yang diciptakan banyak dipakai untuk mengiringi tari-tarian daerah.

Jenis-Jenis Alat Musik Tradisonal Jawa Timur
Alat musik tradisional Jawa Timur antara lain: kendhang, gong, gender panembung, gender barung, siter, kethuk kenong renteng, gong kemedhong, bonang, bonang penerus, demung, saron, peking (gamelan), kenong & kenthuk, slenthem, gambang, rebab, suling, etc.
Pembagian instrumen gamelan berdasarkan cara memainkannya:
1.      Golongan yang dipukul (idiophone); meliputi jenis saron, gender, dan bonang.
2.      Golongan yang ditepak (membrandphone); meliputi berbagai kendhang.
3.      Golongan yang dipetik (crodophone); contonhya siter dan clempung.
4.      Golongan yang ditiup (aerophone); contohnya suling.
5.      Golongan yang digesek; contonhya rebab.

Update from Gizi untuk Papua

Laporan dr. Maulana Rosyady, anggota Kledo, dokter internship di Fak fak, Papua Barat.



Anak yang saya gendong ini namanya Selestina usia 11 bulan, salah satu anak asuh Gizi Untuk Papua di Fakfak ini. 2 bulan sudah kegiatan ini berjalan. Adik ini berkembang pesat. Alhamdulillah, Social project ini dapat apresiasi positif dari Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Insya Allah, tanggal 17 dan 24 Oktober ini, kita diminta presentasi di depan Dinas Kesehatan dan seluruh Kader Posyandu, karena rencananya social project ini akan diadopsi di sini. Adik-adik asuh yang lain juga berkembang baik. Bismillah, saatnya konkret untuk Indonesia! #GiziUntukPapua #Kledo

Interprofessional Education: Learning Together to Work Together for Better Health

Do the doctors, dentists, nurses, pharmacists and dietitians view their professions as their own entity, or as a collective group as Health...