"All music is folk music. I ain't never heard a horse sing a song." -Louis Armstrong
Apa makna musik bagimu? Sukakah kamu dengan musik tradisional? Bagi saya, musik tradisional Indonesia adalah aset yang sangat berharga, identitas, dan pemersatu bangsa sehingga harus dilestarikan dan dikembangkan. Berikut adalah laporan kunjungan tim saya ke Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah, untuk mempelajari khazanah seni musik daerah tersebut. Yuk, belajar bersama-sama!
Apa itu musik tradisional?
Musik tradisional adalah musik yang lahir
dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan turun-temurun dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Ciri umum musik tradisional adalah sebagai berikut:
1. Ide musik disampaikan oleh komponis tidak
melalui tulisan berupa notasi atau partitur secara lisan.
2. Musik tradisional diwariskan turun-temurun
dari generasi ke generasi secara lisan.
3. Syair lagunya berbahasa daerah. Selain
itu, alunan melodi dan iramanya juga menunjukkan cir khas kedaerahan.
4. Musik tradisional melibatkan alat-alat
musik daerah.
Sejarah, Perkembangan, dan Latar Belakang Musik Tradisional Jawa Timur
Musik tradisional Jawa Timur dilestarikan
untuk melestarikan tradisi atau ciri khas kejawatimuran. Dari zaman ke zaman
musik tradisional Jawa Timur mengalami perkembangan. Dahulu musik tradisional
Jawa Timur hanya diiringi dengan alat musik tradisional gamelan seperti gong,
slendro, gendang, dan lesung. Namun kini alat musik tradisional tersebut sudah
dipadukan dengan alat musik modern seperti drum, kecrek, dan lain-lain.
Dalam perkembangannya, musik-musik ini
terus disempurnakan dan diperkaya. Musik Lesung misalnya, kini tidak hanya
dimainkan pada saat menumbuk padi, tetapi juga pada acara-acara adat lainnya.
Jenis-Jenis Musik daerah Jawa Timur
1. Musik Gamelan
2. Musik Gedongan
Musik ini
adalah musik khas masyarakat Banyuwangi yang biasa disajikan pada saat
senggang, saat bulan purnama atau menjelang acara hajatan tertentu. Pemain
musik ini berjumlah 8 orang yang kesemuanya adalah perempuan. Instrumen
utamanya adalahlesung dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran yang berbeda-beda
ini memungkinkansetiap lesung menghasilkan bunyi yang berbeda-beda dan
mendekati bunyi nada-nada slendro. Dalam perkembangannya, instrumen musik ini
sering ditambah dengan permainan alat musik angklung, ining-ining (semacam triangle), dan gong. Alat musik angklung
biasanya dipakai untuk mendukung permainan melodi dari lagu.
Dalam
penyajiannya, setiap pemain menghadapi lesung yang diletakkan miring sehingga
satu bidangnya saja yang dipukul. Lesung dipukul dengan pola irama tertentu
yang selaras dengan lagu-lagu gandrung yang dibawa oleh seorang solis.
3. Musik Angklung Banyuwangi
Musik ini
adalah musik rakyat dari daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Nama angklung ini
diambil dari salah satu perangkat musik yang digunakan dalam mengungkapkan
gending-gending Banyuwangen. Alat musik ini terbuat dari bahan bambu yang
ruasnya disusun seperti gambang Jawa dengan susunan nada slendro.
Musik
Angklung Banyuwangi terdiri dari instrumen-instrumen yakni sepasang angklung
sebagai pembawa gending-gending, 2 demung, 2 slentem, 4 saron, 2 peking, 1
kendang, 1 gong besar, dan 1 seruling. Musik ini biasa dipakai sebagai sarana
hiburan dan ditampilkan saat hajatan seperti pernikahan dan khitanan.
4. Karawitan Jawa Timur
Musik ini
sangat menonjolkan ciri khas kejawatimuran, khususnya terletak pada penabuhan
bonang babok dan bonang penerusnya, saron, peking, dan kendang.
5. Musik Bheru
Musik ini
adalah musik rakyat daerah Waru, kabupaten Pamekasan. Kata Bheru berasal dari
kata Waru (Jawa) yang dalam ejaan Madura menjadi Bheru, yaitu nada daerah asal
musik tersebut. Musik ini biasanya dibawakan pada saat hajatan seperti
perkawinan atau khitanan.
Instrumen musik
ini terdiri dari 1 jedor, 2 dung-dungan (sejenis ketipung), 1 tambur yang
terbuat dari bahan seng, 1 kecer, 4 slompret (alat tiup) yang terbuat dari
bahan seng, 1 saronen yang terbuat dari bahan kayu. Musik ini pada dasarnya
tidak memiliki pola permainan tertentu. Permainan hanya didasarkan pada
spontanitas para pemain semata-mata. Alat musik saronen yang berfungsi sebagai
pembawa melodi, pada hakekatnya hanya dimainkan secara improvisatoris, menurut
selera pemainnya. Alat musik lainnya hanya berfungsi sebagai pemantap jalannya
irama.
Lagu-Lagu Daerah Jawa Timur
1. Uyon-Uyon
2. Ngapute
3. Gambyongan
4. Kerraban Sape
Do=C,
4/4 Sedang (Madura)
Saban taone Madura latan te
rame
Banya ke laban badana kerraban
sape
Banya rang manca pada datang
dari jau
Bade nenggu a kerraban sape
Madura
Eeeee sape menggir duli
menggir
Eeeee sape menggir duli
menggir
5. Tanduk Majeng
Do=C, 4/4 Allegro (Madura)
Ngapo tewak lajere eta ngale
Men tengguh dari ombed
pajelengna *)
Reng ma jeng tan tona la pade
mole o mena jeling odikna oreng majengan
Maseh benyak o angguh le o
lehna o mena jeling odikna oreng majengan *)
A bental ombak sapak angin
salain jangan olle ollang peraona alla jere olle ollang alla jere ke Madura
olle ollang peraona alla jere olle ollang paraona alla jere
Reng majeng benyak ongguh
babajana
Kabilang alako bansa nya bana
Fungsi Musik Tradisional Jawa Timur
1. Sarana Upacara Budaya (Ritual)
Musik di
banyak daerah di Jawa Timur berkaitan erat dengan upacara-upara adat
masyarakatnya, seperti upacara kematian, perkawinan (manten), kelahiran, atau
khitanan.
2. Sarana Hiburan
Musik di Jawa
Timur juga menjadi sarana hiburan bagi masyarakatnya. Musik di sini dilihat
sebagai cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian maupun
sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan lainnya. Umumnya, masyarakat sangat
antusias menonton berbagai pergelaran, termasuk pergelaran musiknya. Seperti
ketika kami sedang melakukan kunjungan ke TMII pada 10 Agustus 2008, sedang di
gelar pergelaran Seni Budaya Daerah Berbagai Kota dan Kabupaten di Jawa Timur.
3. Sarana Ekspresi Diri
Bagi para
seniman baik pencipta lagu maupun pemain musik, musik adalah media untuk
mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi
dirinya. Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan,
dan cita-citanya tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunianya.
Demikian
halnya para seniman Jawa Timur. Mereka menyaksikan kondisi serta harapan diri
dan masyarakatnya lalu menformulasikannya dalam bentuk lagu dan permainan alat
musik. Dari tangan mereka inilah lahir karya-karya musik yag bisa dinikmati
masyarakat Jawa Timur, Indonesia, bahkan mancanegara.
4. Sarana Ekonomi
Pada beberapa
musik dan kelompok penyanyi Jawa Timur, musik tidak hanya sekedar media
ekspresi atau aktualisasi diri. Musik juga menjadi sumber penghasilan mereka.
Mereka membawakan lagu-lagu atau sajian musik kreasinya dalam acara-acara
pentas di daerah (baik di Jawa Timur maupun luar Jawa Timur). Biasanya, acara
pergelaran musik itu diadakan di tanah lapang (alun-alun) di pusat perkampungan.
Dengan demikian warga kampung dengan mudah dapat mencapainya. Acara itu sendiri
tidak dipungut biaya. Namun biasanya, warga diminta kerelaannya untuk
menyumbang atau memberi sesuatu berupa uang kepada para pemusik.
5. Sarana Komunikasi
Dalam masyarakat
di berbagai daerah di Jawa Timur, terdapat bunyi-bunyi tertentu yang memiliki
arti tertentu bagi anggotanya. Umumnya, bunyi-pola ritme tertentu dan menjadi
tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Sebagai
contoh, bunyi kentongan denga ritme tiga kali berturu-turut memberi tanda
adanya peristiwa kebakaran di dalam wilayah tersebut. Sedangkan bunyi kentongan
dengan ritme empat kali berturut-turut memberi tanda adanya bahaya banjir.
6. Sarana Pengiring Tarian
Di berbagai
daerah di Jawa Timur, bunyi-bunyian atau musik yang diciptakan banyak dipakai
untuk mengiringi tari-tarian daerah.
Jenis-Jenis Alat Musik Tradisonal Jawa Timur
Alat musik tradisional Jawa Timur antara
lain: kendhang, gong, gender panembung, gender barung, siter, kethuk kenong
renteng, gong kemedhong, bonang, bonang penerus, demung, saron, peking
(gamelan), kenong & kenthuk, slenthem, gambang, rebab, suling, etc.
Pembagian instrumen gamelan berdasarkan
cara memainkannya:
1. Golongan yang dipukul (idiophone);
meliputi jenis saron, gender, dan bonang.
2. Golongan yang ditepak (membrandphone);
meliputi berbagai kendhang.
3. Golongan yang dipetik (crodophone);
contonhya siter dan clempung.
4. Golongan yang ditiup (aerophone);
contohnya suling.
5. Golongan yang digesek; contonhya rebab.
No comments:
Post a Comment