Musik Tradisional Jawa Timur



Apa makna musik bagimu? Sukakah kamu dengan musik tradisional? Bagi saya, musik tradisional Indonesia adalah aset yang sangat berharga, identitas, dan pemersatu bangsa sehingga harus dilestarikan dan dikembangkan. Berikut adalah laporan kunjungan tim saya ke Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah, untuk mempelajari khazanah seni musik daerah tersebut. Yuk, belajar bersama-sama!


Apa itu musik tradisional?
Musik tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ciri umum musik tradisional adalah sebagai berikut:
1.  Ide musik disampaikan oleh komponis tidak melalui tulisan berupa notasi atau partitur secara lisan.
2.  Musik tradisional diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi secara lisan.
3. Syair lagunya berbahasa daerah. Selain itu, alunan melodi dan iramanya juga menunjukkan cir khas kedaerahan.
4.  Musik tradisional melibatkan alat-alat musik daerah.

Sejarah, Perkembangan, dan Latar Belakang Musik Tradisional Jawa Timur
Musik tradisional Jawa Timur dilestarikan untuk melestarikan tradisi atau ciri khas kejawatimuran. Dari zaman ke zaman musik tradisional Jawa Timur mengalami perkembangan. Dahulu musik tradisional Jawa Timur hanya diiringi dengan alat musik tradisional gamelan seperti gong, slendro, gendang, dan lesung. Namun kini alat musik tradisional tersebut sudah dipadukan dengan alat musik modern seperti drum, kecrek, dan lain-lain.
Dalam perkembangannya, musik-musik ini terus disempurnakan dan diperkaya. Musik Lesung misalnya, kini tidak hanya dimainkan pada saat menumbuk padi, tetapi juga pada acara-acara adat lainnya.

Jenis-Jenis Musik daerah Jawa Timur
1.      Musik Gamelan
2.      Musik Gedongan
Musik ini adalah musik khas masyarakat Banyuwangi yang biasa disajikan pada saat senggang, saat bulan purnama atau menjelang acara hajatan tertentu. Pemain musik ini berjumlah 8 orang yang kesemuanya adalah perempuan. Instrumen utamanya adalahlesung dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuran yang berbeda-beda ini memungkinkansetiap lesung menghasilkan bunyi yang berbeda-beda dan mendekati bunyi nada-nada slendro. Dalam perkembangannya, instrumen musik ini sering ditambah dengan permainan alat musik angklung, ining-ining (semacam triangle), dan gong. Alat musik angklung biasanya dipakai untuk mendukung permainan melodi dari lagu.
Dalam penyajiannya, setiap pemain menghadapi lesung yang diletakkan miring sehingga satu bidangnya saja yang dipukul. Lesung dipukul dengan pola irama tertentu yang selaras dengan lagu-lagu gandrung yang dibawa oleh seorang solis.
3.      Musik Angklung Banyuwangi
Musik ini adalah musik rakyat dari daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Nama angklung ini diambil dari salah satu perangkat musik yang digunakan dalam mengungkapkan gending-gending Banyuwangen. Alat musik ini terbuat dari bahan bambu yang ruasnya disusun seperti gambang Jawa dengan susunan nada slendro.
Musik Angklung Banyuwangi terdiri dari instrumen-instrumen yakni sepasang angklung sebagai pembawa gending-gending, 2 demung, 2 slentem, 4 saron, 2 peking, 1 kendang, 1 gong besar, dan 1 seruling. Musik ini biasa dipakai sebagai sarana hiburan dan ditampilkan saat hajatan seperti pernikahan dan khitanan.
4.      Karawitan Jawa Timur
Musik ini sangat menonjolkan ciri khas kejawatimuran, khususnya terletak pada penabuhan bonang babok dan bonang penerusnya, saron, peking, dan kendang.
5.      Musik Bheru
Musik ini adalah musik rakyat daerah Waru, kabupaten Pamekasan. Kata Bheru berasal dari kata Waru (Jawa) yang dalam ejaan Madura menjadi Bheru, yaitu nada daerah asal musik tersebut. Musik ini biasanya dibawakan pada saat hajatan seperti perkawinan atau khitanan.
Instrumen musik ini terdiri dari 1 jedor, 2 dung-dungan (sejenis ketipung), 1 tambur yang terbuat dari bahan seng, 1 kecer, 4 slompret (alat tiup) yang terbuat dari bahan seng, 1 saronen yang terbuat dari bahan kayu. Musik ini pada dasarnya tidak memiliki pola permainan tertentu. Permainan hanya didasarkan pada spontanitas para pemain semata-mata. Alat musik saronen yang berfungsi sebagai pembawa melodi, pada hakekatnya hanya dimainkan secara improvisatoris, menurut selera pemainnya. Alat musik lainnya hanya berfungsi sebagai pemantap jalannya irama.

Lagu-Lagu Daerah Jawa Timur
1.      Uyon-Uyon
2.      Ngapute
3.      Gambyongan

4.      Kerraban Sape
Do=C, 4/4 Sedang      (Madura)
Saban taone Madura latan te rame
Banya ke laban badana kerraban sape
Banya rang manca pada datang dari jau
Bade nenggu a kerraban sape Madura
Eeeee sape menggir duli menggir
Eeeee sape menggir duli menggir

5.      Tanduk Majeng
Do=C, 4/4 Allegro            (Madura)
Ngapo tewak lajere eta ngale
Men tengguh dari ombed pajelengna *)
Reng ma jeng tan tona la pade mole o mena jeling odikna oreng majengan
Maseh benyak o angguh le o lehna o mena jeling odikna oreng majengan *)
A bental ombak sapak angin salain jangan olle ollang peraona alla jere olle ollang alla jere ke Madura olle ollang peraona alla jere olle ollang paraona alla jere
Reng majeng benyak ongguh babajana
Kabilang alako bansa nya bana

Fungsi Musik Tradisional Jawa Timur
1.      Sarana Upacara Budaya (Ritual)
Musik di banyak daerah di Jawa Timur berkaitan erat dengan upacara-upara adat masyarakatnya, seperti upacara kematian, perkawinan (manten), kelahiran, atau khitanan.
2.      Sarana Hiburan
Musik di Jawa Timur juga menjadi sarana hiburan bagi masyarakatnya. Musik di sini dilihat sebagai cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian maupun sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan lainnya. Umumnya, masyarakat sangat antusias menonton berbagai pergelaran, termasuk pergelaran musiknya. Seperti ketika kami sedang melakukan kunjungan ke TMII pada 10 Agustus 2008, sedang di gelar pergelaran Seni Budaya Daerah Berbagai Kota dan Kabupaten di Jawa Timur.
3.      Sarana Ekspresi Diri
Bagi para seniman baik pencipta lagu maupun pemain musik, musik adalah media untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran, gagasan, dan cita-citanya tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunianya.
Demikian halnya para seniman Jawa Timur. Mereka menyaksikan kondisi serta harapan diri dan masyarakatnya lalu menformulasikannya dalam bentuk lagu dan permainan alat musik. Dari tangan mereka inilah lahir karya-karya musik yag bisa dinikmati masyarakat Jawa Timur, Indonesia, bahkan mancanegara.
4.      Sarana Ekonomi
Pada beberapa musik dan kelompok penyanyi Jawa Timur, musik tidak hanya sekedar media ekspresi atau aktualisasi diri. Musik juga menjadi sumber penghasilan mereka. Mereka membawakan lagu-lagu atau sajian musik kreasinya dalam acara-acara pentas di daerah (baik di Jawa Timur maupun luar Jawa Timur). Biasanya, acara pergelaran musik itu diadakan di tanah lapang (alun-alun) di pusat perkampungan. Dengan demikian warga kampung dengan mudah dapat mencapainya. Acara itu sendiri tidak dipungut biaya. Namun biasanya, warga diminta kerelaannya untuk menyumbang atau memberi sesuatu berupa uang kepada para pemusik.
5.      Sarana Komunikasi
Dalam masyarakat di berbagai daerah di Jawa Timur, terdapat bunyi-bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi anggotanya. Umumnya, bunyi-pola ritme tertentu dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa atau kegiatan. Sebagai contoh, bunyi kentongan denga ritme tiga kali berturu-turut memberi tanda adanya peristiwa kebakaran di dalam wilayah tersebut. Sedangkan bunyi kentongan dengan ritme empat kali berturut-turut memberi tanda adanya bahaya banjir.
6.      Sarana Pengiring Tarian
Di berbagai daerah di Jawa Timur, bunyi-bunyian atau musik yang diciptakan banyak dipakai untuk mengiringi tari-tarian daerah.

Jenis-Jenis Alat Musik Tradisonal Jawa Timur
Alat musik tradisional Jawa Timur antara lain: kendhang, gong, gender panembung, gender barung, siter, kethuk kenong renteng, gong kemedhong, bonang, bonang penerus, demung, saron, peking (gamelan), kenong & kenthuk, slenthem, gambang, rebab, suling, etc.
Pembagian instrumen gamelan berdasarkan cara memainkannya:
1.      Golongan yang dipukul (idiophone); meliputi jenis saron, gender, dan bonang.
2.      Golongan yang ditepak (membrandphone); meliputi berbagai kendhang.
3.      Golongan yang dipetik (crodophone); contonhya siter dan clempung.
4.      Golongan yang ditiup (aerophone); contohnya suling.
5.      Golongan yang digesek; contonhya rebab.

No comments:

Post a Comment

Interprofessional Education: Learning Together to Work Together for Better Health

Do the doctors, dentists, nurses, pharmacists and dietitians view their professions as their own entity, or as a collective group as Health...